Senin, 08 Maret 2010

TINGKAH LAKU IKAN



1.  Distribusi Ikan

 1)  Ikan Tuna

Banyak tulisan menghubungkan antara suhu dan tempat penangkapan ikan tuna berdasarkan banyak tulisan tersebut menyebutkan bahwa suhu merupakan faktor utama dalam distribusi ikan.
            Beberapa peneliti yang melakukan penyelidikan tentang hal tersebut pada berbagai lautan di daerah Barat pasifik dan lautan Hindia, sering menjumpai fenomena-fenomena yang sulit untuk menginterpretasikan mengenai suhu.
            Konsep dasar dari hipotesis mereka mengenai distribusi dan migrasi ikan  tuna yang muncul ke permukaan pada lautan di Philipina dari bulan Juni hingga September 1973 menunjukkan adanya kesamaan antara para peneliti. Berdasarkan hasil survay mereka pada posisi 200 - 300 LU, mereka menjumpai beberapa fenomena tertentu yang membingungkan seperti :
a.        Pada 150 LU banyak dijumpai ikan Blue Marlin (Macaira nigricans). Sedangkan ikan Yellowfin Tuna sangat jarang dijumpai.
b.        Antara 150 dan 100 LU jumlah ikan Blue marlin dan Yellowfin Tuna menunjukkan angka yang sama, namun kombinasi penggunaan alat tangkap terhadap ikan-ikan tersebut jumlahnya lebih sedikit dibandingkan pada bagian Utara pada 150 LU.
c.        Di bagian Selatanpada 100 LU, ikan Yellowfin Tuna merupakan jenis ikan yang paling banyak tertangkap ;  sedangkan ikan Blue Marlin merupakan yang paling sedikit.
Di daerah yang memiliki perbedaan suhu air, menunjukkan variasi hasil tangkapan, terutama pada kedalaman minimal 200 meter.
            Para ahli yang melakukan penelitian mengenai pengaruh aliran dan suhu laut terhadap migrasi ikan dan distribusi ikan tuna membuat kesimpulan untuk mendukung opini bahwa suatu daerah di lautan yang dipengaruhi aliran tertentu merupakan habitat tersendiri bagi ikan tuna secara ekologi.
            Berdasarkan konsep dasar tersebut di atas, yang disertai data mengenai komposisi ukuran, pemijahan, cara makan dan lain-lain dari ikan tuna, maka para ahli membuat hipotesis mengenai distribusi dan migrasi ikan tuna :


a.        Ikan tuna sesuai spesiesnya. Jika spesies tunggal ikan tuna berdistribusi secara luas pada sistem arus yang berbeda, hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ukuran komposisi diantara kelompok ikan-ikan tersebut dalam sistem yang berbeda. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ikan memiliki “seleksi area” yang beragam.
b.        Sistem arus yang beragam merupakan habitat tersendiri bagi ikan tuna. Begitu pula dengan daerah penangkapan yang memiliki karakteristik tersendiri.
c.        Secara umum bagian laut yang terpenting terdapat pada bagian tengah lautan di sebelah Timur atau Barat, sehingga daerah penangkapan juga dikonsentrasikan di daerah tersebut.
d.        Migrasi ikan tuna dibagi dalam 2 tipe :  yang pertama mengambil tempat yang lengkap pada sistem arus tunggal; Yang kedua terjadi diantara sistem arus. Pada tipe yang pertama lokasi terjadinya tanpa mengalami perubahan secara ekologi ikan. Hal tersebut dimungkinkan oleh perubahan kuatnya sistem arus.  Sedangkan tipe yang kedua termasuk dalam migrasi yang mengalami respons pada perubahan ekologi ikan.
e.        Migrasi yang berlangsung seiring dengan sistem arus umumnya berlangsung lambat serta memiliki tahapan dan kerap kali menjadi penghambat. Sedangkan yang terjadi sistem arus tampak lebih cepat, dalam skala besar dan sulit diikuti.
f.         Migrasi-migrasi yang terjadi pada sistem arus diduga terjadi pada periode Maret dan September. Akibat gerakan yang berubah tersebut, sehingga karakteristik-karakteristik daerah penangkapan juga mengalami perubahan.
Hipotesis di atas dapat lebih disederhanakan, namun dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a.        Arus laut tidak hanya berfungsi sebagai sarana transpor air atau pengatur suhu, namun juga merupakan habitat tersendiri bagi ikan tuna. Hal ini merupakan hipotesis dasar.
b.        Migrasi ikan tuna terbagi menjadi dua tipe. Tipe yang pertama diasumsikan sebagai gerakan yang pasif yang dipengaruhi oleh perubahan kondisi, serta yang lainnya diasumsikan sebagai gerakan yang aktif antara habitat-habitat yang disertai perubahan fisiologi dan kondisi ekologi ikan.
c.        Hipotesis yang ditarik mengenai migrasi diantara habitat-habitat dilakukan pada dua tempat yang sama setiap tahun dengan periode waktu sekitar musim semi dan musim gugur.  Hal tersebut artinya bahwa gerakan ikan tuna ke dalam dan ke luar pada suatu habitat tertentu terjadi selama 2 periode ini.  Hal ini juga artinya pada musim-musim tersebut ikan tuna bebas berenang melalui batas arus.

2) Pemisahan Spesies

            Seperti yang telah didiskusikan sebelumnya, bahwa perubahan habitat ikan tuna sesuai dengan kondisi ekologinya. Berdasarkan data dan informasi yang terkumpul adalah tidak mungkin apabila pada suatu area hanya ditempati oleh spesies tunggal semata-mata. Oleh karena itu kata “habitat” di sini dapat diasumsikan sebagai :
a.        Suatu daerah dimana hasil tangkapannya banyak dijumpai jenis spesies tertentu, maka dapat dispesifikasikan sebagai habitat suatu spesies.
b.        Suatu daerah dimana spesies yang terpengaruh hanya pada kondisi ekologinya, maka dispesifikasikan sebagai habitat suatu spesies secara ekologi.
            Dari hasil penelitian yang dilakukan secara berseri pada operasi penangkapan dengan long line antara tahun 1951 dan 1954 oleh Murphy dan Shomura dicatat bahwa ikan yellowfin tuna banyak dijumapai disekitar daerah ekuator yakni  pada arus ekuator Selatan.  Sedangkan ikan Big eye tuna banyak dijumpai pada arus akuator yang berlawanan. Dilain pihak mereka juga melakukan pengamatan terhadap keadaan makanan pada habitat dari 2 spesies. Namun mereka menolak kemungkinan yang kedua pada saat mereka menemukan tidak adanya perbedaan pada kandungan isi perut dari kedua spesies tersebut. Akhirnya para peneliti tersebut menghubungkan antara kelimpahan ikan yellowfin tuna pada arus ekuator Selatan dengan produktifitas dasar pada suatu area, dimana telah diketahui lebih tingi daripada perairan ke Utara. Para peneliti menyatakan/mengemukakan sebuah konsep bahwa ikan tuna akan terkumpul pada suatu area yang kaya akan suplai makanan.
            Hubungan antara suplai makanan dan distribusi ikan pada yellowfin tuna di arus ekuator Selatan tidak sama dengan aktifitas big eye tuna (Thunnus obesus) pada arus ekuator yang berlawanan serta arus ekuator Utara “ukuran musim” dari ikan skipjack tuna (7-8 kg) terjadi di perairan Hawaii yang bersambungan dengan arus California, dimana pada saat itu merupakan musim panas.
            Blackburn (1965) mengemukakan hipotesis mengenai 2 hal :
1)       Arus
(a)   Distribusi ikan yellowfin tuna dan big eye tuna pada daerah pusat dan pasifik Barat seperti yang digambarkan oleh Kanimura dan Homma (1962), dan digunakan untuk menguji hipotesis yang seringkali beragam.
(b)  Tidak ada perbedaan utama antara kelimpahan terbesar dari 2 spesies tersebut pada lautan Hindia.
(c)   Pada kasus tertentu dari beberapa literatur diduga penggabungan arus-arus tertentu memberikan keuntungan bagi ikan tuna.
2)       Massa Air
(a)   Ikan yellowfin tuna beruaya dari batas massa air di daerah tropis ke arus Kalifornia akibat meningkatnya suhu.
(b)  Menjelaskan hubungan antara distribusi massa air dan spesies ikan tuna.
            Kawai (1967) mempelajari korelasi antara struktur panas lautan dan distribusi ikan tuna pada daerah tropis di Pasifik dan Lautan Atlantik yang secara umum terdapat pada kedua lautan :
a.        Yellowfin tuna memiliki dua kondisi yang umum sebagai daerah distribusinya.
b.        Suhu permukaan yang tinggi, umumnya lebih tinggi dari 270 C.
c.        Daerah termoklin yang dangkal atau lautan yang dipengaruhi oleh pulau-pulau atau karang.
d.        Albakor.  Daerah penangkapan albakor bersesuaian dengan kondisi daerah perairan yang homogen di daerah sub-tropis.
e.        Big eye tuna. Daerah penangkapannya ditemukan sepanjang front thermal pada bagian permukaan kedalaman.
            Distribusi ikan bluefin tuna terbatas pada arus Kuroshio dan bercabang ke bagian Barat Pasifik Utara. Pada daerah tersebut juga ditemukan beberapa yellowfin tuna, big eye tuna, albacore. Sebagian besar juvenil bluefin tuna terdistribusi pada perairan pantai Amerka Utara yang kemudian berkelompok membentuk habitatnya denga juvenil albacore.
            Pemisahan antara habitat-habitat albacore dan yellowfin tuna lebih jelas dibandingkan antara albacore dan big eye tuna atau yellowfin tuna dan big eye tuna.

2. Bentuk-bentuk Distribusi Ikan
            Ayodhyoa (1979), terjadinya suatu area perairan menjadi suatu fishing ground yang bernilai ekonomis haruslah disertai dengan berbagai syarat utama, antara lain :
q  dapat dipergunakan
q  dapat didekati
q  stok ikan mudah bertumbuh dan bertambah
q  stok ikan diketahui (dimana stok ikan berada dan bilamana).
Aspek distribusi yang dikemukakan di sini akan dapat menjawab permasalahan dalam upaya pencarian fishing ground dan teknik penangkapan, yakni:
a.        Dimana ikan berada pada suatu waktu tertentu atau sebaliknya.
b.        Bilamana ikan itu muncul pada suatu tempat.
c.        Apa yang menyebabkan ikan itu muncul disitu, membentuk school atau menyebar.
d.        Apakah keberadaan ikan menetap atau sementara atau hanya lewat.
e.        Apa saja aktivitas ikan-ikan itu, apakah mencari makan, memijah, dll.
f.         Apa serta bagaimana reaksi ikan terhadap tenaga-tenaga atau faktor-faktor alam yang berada di fishing ground.
g.        Apa serta bagaimana reaksi ikan terhadap rangsangan buatan.
Faktor utama terjadi distribusi – migrasi

                        Ikan                  migrasi              penyebaran



Faktor dalam tubuh                                Faktor luar tubuh

·         Faktor dalam antara lain :                 - mencari makan
- memijah
·         Faktor luar :                                     faktor lingkungan (fisik, kimia)
                        (CASS = Cahaya, Arus, Suhu, Salinitas)
·         Faktor lingkungan berkaitan dengan kemampuan beradaptasi.
·         Salinitas :    Euryhaline (toleransi besar) dan stenohaline (toleransi kecil)
·         Suhu :         Eurythermal (toleransi besar)
            Stenothermal (toleransi kecil)
            Bentuk-bentuk distribusi ikan di daerah penangkapan adalah:
a.     Distribusi terhambur :  individu spesies yang terisolasi dari yang lainnya dan tidak dibatasi oleh sejenis tingkah laku tertentu.
     Terjadi waktu selesai memijah, mencari makan, dan pada waktu ikan bersifat pasif. Banyak ditemukan pada ikan-ikan besar seperti tuna, hiu, cucut.
b.     Distribusi bergerombol :   ikan berada dalam suatu kesatuan yang kompak yang terdiri dari ikan yang berspesies sama, ukuran dan sifat biologisnya sama.
     Terjadi pada ikan-ikan pelagis khususnya ikan-ikan pemakan plankton, kurang ditemukan pada ikan demersal.
c.   Distribusi terakumulasi :  suatu kesatuan kelompok yang terbentuk oleh berbagai hal. Kelompok ini terdiri dari ikan yang berbeda spesies dan ukurannya. Sering terjadi pada suatu periode waktu tertentu.
Bentuk-bentuk distribusi ikan lainnya yang diketahui adalah:
·         Distribusi tersebar : ikan terpisah pada suatu area laut
·         Distribusi lokal         : ikan terkonsentrasi pada beberapa daerah
·         Distribusi tersebar terkelompok : ditemukan pada ikan pelagis pada awal periode makan
·         Distribusi tersebar terhambur : ditemukan pada ikan demersal yang sedang makan
·         Distribusi tersebar terakumulasi :   pada ikan pelagis dan demersal. Pada ikan pelagis terjadi daerah makan atau daerah pemijahan
·         Distribusi lokal terkelompok : pada ikan pelagis yang berada pada pertemuan arus dingin dan arus panas.
·         Distribusi lokal terhambur dan terakumulasi : hampir sama

3.  Ruaya (Migrasi)
            Jenis-jenis ikan seperti salmon, shad, striped bass, trout, akan beruaya dari laut ke sungai disebut “anadromous (anadroma)”, sedangkan beberapa ikan sidat menempuh ruaya sebaliknya dari perairan tawar akan melakukan ruaya ke laut disebut “katadromous(katadroma)”.
            Jenis-jenis seperti cod dan herring yang mendiami laut lepas akan melakukan ruaya ke arah pantai untuk memijah.  Contoh lain dari ruaya yang panjang yang baru ditempuh adalah yang juga dilakukan oleh jenis mamalia laut seperti misalnya ikan paus.  Pada jenis ikan paus biru dijumpai bahwa jenis ini melakukan ruaya dari pantai Amerika Utara yang merupakan tempat dimana mereka ditembak oleh harpoon.

a. Pengaruh Suhu dan Salinitas
            Diduga bahwa ikan melakukan ruaya sepanjang suatu tingkat atau derajat suhu atau salinitas tertentu.  Hal ini mengingat bahwa ikan sangat peka terhadap perubahan suhu dan salinitas yang terjadi.  Dikatakan bahwa ikan hanya dapat menyesuaikan terhadap suhu sampai sekecil 0,030C sedangkan untuk salinitas biasanya sekitar 0,02 per mil (%).
b. Pengaruh Bau
            Alat indera yang sensitif pada beberapa jenis ikan adalah indera penciuman.  Salah satu jenis ikan sidat yang terlatih mampu mendeteksi suatu larutan kimia dengan konsentrasi yang berbeda pada suatu tempat.  Beberapa jenis ikan lainnya mampu untuk membedakan bau air sungai asal mereka dengan air dari beberapa sungai yang berbeda-beda.  Indera pencium inilah yang diperkirakan dapat membantu ikan salmon untuk dapat menemukan kembali sungai asal mereka.
c. Arus
            Arus memegang peranan penting sehubungan dengan penyebaran ikan.  Bila arus mengalir secara teratur, berarti ikan dapat hanyut terbawa arus tersebut secara pasif atau ada yang justru berenang secara aktif melawan arus, bahkan mungkin mereka bergerak dalam kombinasi dari keduanya.
d. Masaknya Gonad
            Ada pendapat yang memberikan dugaan bahwa ruaya untuk melakukan pemijahan disebabkan masaknya gonad.

4.  Aktifitas Renang
            Penelitian pada jenis-jenis ikan ekonomis penting yang sering melakukan ruaya pada siang hari dan beristirahat pada malam hari dan pengetahuan yang diberikan kepada kita bahwa aktifitas renang ikan akan bervariasi sesuai dengan jenis, situasi dan kondisi tertentu.
  
5.  Aktifitas Makan
            Dapat dibedakan atas “food habits”, yaitu makanan yang biasa dimakan sedangkan “feeding habits”, yaitu cara makan ikan.  Yang pertama mencakup macam dan jumlah makanan yang dimakan ikan, sedangkan yang kedua mancakup waktu, tempat dan cara makanan tersebut diperoleh oleh sesuatu jenis ikan.
            Pengetahuan sehubungan dengan berbagai jenis makanan yang biasa dimakan ini juga berguna bagi berbagaiusaha penangkapan ikan terutama jenis-jenis ikan ekonomis penting, mengetahui kedalaman renang sesuatu jenis ikan manakala mereka mencari makanan.

6.  Kebiasaan Pengelompokan Diri Pada Ikan
            Pengetahuan mengenai bergabungnya ikan-ikan kedalam suatu kelompok atau “school” merupakan hal yang penting bagi perkembangan usaha-usaha perikanan yang komersil.  Radakov (1969) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai kebiasaan berkelompok atau “schooling behaviour” erat hubungannya dengan peningkatan kemampuan penangkapan dari sesuatu jenis alat tangkap dan perkembangan efisiensi dari sesuatu metode penangkapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar